PENDAHULUAN
Islam telah memberikan sumbangsih ilmu
pengetahuan yang sangat banyak kepada dunia. Salah satunya dengan melahirkan
banyak ilmuwan berbakat di setiap bidang. Para
ilmuwan Muslim tersebut telah menelurkan berbagai penemuan yang sangat penting
bagi umat manusia. Banyak hasil penemuannya yang dijadikan acuan dalam
mengembangkan penelitian yang lebih lanjut hingga saat ini, sehingga banyak di antara
ilmuwan Muslim tersebut yang dikagumi dan dijadikan tokoh panutan baik itu di
timur atau barat. Salah satu ilmuan muslim alam bidang matematika adalah Umar
Khayyam.
Penulis akan sedikit
berbagi pengetahuan akan tokoh ilmuan Islam. Dengan mengangkat satu nama yaitu Umar Khayyam dan
penulis rasa nama ulama’ satu ini sudah tidak asing bagi kalangan ilmuan dunia. Mengingat ternyata
begitu banyak ilmuan Islam, maka menjadi penting bagi kita untuk mengetahui
para ilmuan Islam itu yang salah satunya sebagaimana penulis utarakan di atas.
Ilmuan ini tentunya memiliki keistimewaan tersendiri diantara para ilmuan Islam
yang lain dalam kontribusinya dalam ilmu Matematika, selain itu ia juga terkenal sebagai penyair.
Seperti yang kita ketahui pada abad X Masehi disebut dengan abad pembangunan daulah Islamiayah dimana Dunia Islam, mulai Codon di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan dalam segala bidang, terutama dalam bidang berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur. Sebaliknya dunia Barat masih dalam keadaan gelap, bodoh, dan primitif. Dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observatorium sedangkan Dunia Barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini desebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli), bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian, ketika ummat Islam keluar dan Jazirah Arab mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah pengaruh dari perbendaharaan yunani “Ketika Islam sampai ke Byzantium, Persia dan lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu Yunani dipelajari orang, yang didapati hanyalah beberapa tabib Yunani, perkembangan baru tidak diperoleh lagi. Dan pada saat Islam datang, ilmu Yunani sudah mati yang tinggal hanyalah buku-bukunya saja”, menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (ilmu aqli) Islam memiliki begitu banyak ilmuan yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-ilmu itu antara lain:
Seperti yang kita ketahui pada abad X Masehi disebut dengan abad pembangunan daulah Islamiayah dimana Dunia Islam, mulai Codon di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan dalam segala bidang, terutama dalam bidang berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur. Sebaliknya dunia Barat masih dalam keadaan gelap, bodoh, dan primitif. Dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observatorium sedangkan Dunia Barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini desebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli), bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian, ketika ummat Islam keluar dan Jazirah Arab mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah pengaruh dari perbendaharaan yunani “Ketika Islam sampai ke Byzantium, Persia dan lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu Yunani dipelajari orang, yang didapati hanyalah beberapa tabib Yunani, perkembangan baru tidak diperoleh lagi. Dan pada saat Islam datang, ilmu Yunani sudah mati yang tinggal hanyalah buku-bukunya saja”, menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (ilmu aqli) Islam memiliki begitu banyak ilmuan yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun dasar perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang. Ilmu-ilmu itu antara lain:
a.
Ilmu Tafsir
b.
Ilmu Hadist
c.
Ilmu Kalam
d.
Ilmu Tasawuf
e.
Ilmu Bahasa
f.
Ilmu Fiqh
Pada perkembangan selanjutnya, ilmu aqli pun berkembang dengan pesatnya, dikarenankan buku yang diterjemahkan oleh ulama’ Islam dari hasil karangan Aristoteles, bagian tertentu karangan Plato, karangan mengenai Neo Platonisme, sebagian besar karangan Galen, serta karangan dalam ilmu kedokteran lainnya dan juga karangan mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya itu ternyata hanya dapat dibaca oleh mereka ulama’ Islam. Semenjak itu mulailah masa pembentukan ilmu-ilmu Islam dalam bidang aqli, yang sering dinamakan abad keemasan yang berlangsung antara 900-1100 Masehi. Ilmu-ilmu itu antara lain:
a.
Ilmu Kedokteran (di antaranya Al-Razi, Ibnu
Sina)
b.
Ilmu Filsafat (di antaranya Al-Kindi,
Al-farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd)
c.
Ilmu Optik
d.
Ilmu Astronomi (di antaranya Al-Fazari,
Al-Farghani, Al-Battani, Al-Biruni,
e.
Ilmu Hitung (di antaranya
Al-Khawarizmi, Al-Kindi,Al-Karaji,Al-Battani, Al-Biruni, Umar Khayam, Ibnu
Sina)
f.
Ilmu Kimia (di antaranya Jabir Ibn
Hayyan, Ar-Razi)
g.
Ilmu Tarikh dan Geografi
(Ilmu Bumi) (di antaranya
Al-Idrisy)
Sesuai dengan janji awal, penulis akan berbagi pengetahuan akan ilmuan kita Umar Khayyam yang tidak diragukan sangat menggeluti ilmu aqli ini dalam bidang Ilmu Hitung. Tanpa kita sadari dengan kita mengetahui para ilmuan Islam, baik yang menggeluti bidang Ilmu Naqli dan Aqli, tentu akan menumbuhkan rasa cinta kita kepada mereka dan tidak kalah pentingnya kita akan termotivasi menapaki jejak mereka yang mulia dalam menjaga ilmu dan tidak hentinya senantiasa melakukan pengembangan-pengembangan ilmu tersebut sehingga ilmu itu membawa maslaha bagi kita sendiri, dan makhluk Allah SWT yang lain.
Sesuai dengan janji awal, penulis akan berbagi pengetahuan akan ilmuan kita Umar Khayyam yang tidak diragukan sangat menggeluti ilmu aqli ini dalam bidang Ilmu Hitung. Tanpa kita sadari dengan kita mengetahui para ilmuan Islam, baik yang menggeluti bidang Ilmu Naqli dan Aqli, tentu akan menumbuhkan rasa cinta kita kepada mereka dan tidak kalah pentingnya kita akan termotivasi menapaki jejak mereka yang mulia dalam menjaga ilmu dan tidak hentinya senantiasa melakukan pengembangan-pengembangan ilmu tersebut sehingga ilmu itu membawa maslaha bagi kita sendiri, dan makhluk Allah SWT yang lain.
PROFIL DAN BIOGRAFI UMAR
KHAYYAM
Umar
Kayyam lahir pada 18 Mei 1048 – 4 Desember 1131, dalam bahasa Persia عمر خیام
di Nisapur, Iran. Nama lengkapnya adalah Ghiyātsuddin Abulfatah 'Umar
bin Ibrahim Khayyāmi Nisyābūri (غياث الدين ابو الفتح عمر بن ابراهيم خيام نيشابوري).
Khayyām berarti "pembuat tenda" dalam bahasa Persia. Nama
itu digunakan, karena sang ayah bernama Ibrahim adalah seorang pembuat tenda. Ia hidup di era
kekuasaan Dinasti Seljuk abad ke-11 M. Khayyam menghabiskan masa kecilnya di
kota Balkh (sekarang utara Afghanistan). Ia adalah sosok penyair besar, filsuf,
sufi, ahli astronomi, dan ahli matematika termasyhur dari Persia (Iran). Sejak kecil, Khayyam sudah memperoleh
pendidikan yang baik dari orang tuanya. Salah seorang gurunya adalah Imam
Muwaffak, seorang pendidik yang
terkenal
pada masa itu.
Khayyam menimba ilmu pada seorang guru terkemuka di wilayah Khurasan bernama Imam Mowaffaq. Saat itu, Khurasan menjadi ibu kota kerajaan Seljuk. Tak heran, bila ketika itu Khurasan bersaing dengan Kairo dan Baghdad untuk menjadi pusat peradaban Islam dan dunia. Kekuasaan Seljuk Turki meliputi wilayah Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan sebagian besar Iran. Dalam situasi politik yang tak menentu, ketika itu, tak mudah bagi Khayyam untuk menuntut ilmu. Pada era itu, setiap dinasti berlomba untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Khayyam sempat belajar filsafat di Nishapur. Seorang temannya menuliskan sosok Umar Khayyam sebagai seorang pelajar yang dikarunia kecerdasan yang tajam dan kekuatan alam yang sangat tinggi. Menurut sebuah legenda yang cukup termasyhur, sewaktu menuntut ilmu kepada Imam Mowaffaq, Khayyam sangat dekat dengan Nizam-ul-Mulk (lahir: 1018 M) yang menjadi pejabat di Kerajaan Seljuk dan Hassan-i-Sabah (lahir:1034 M) yang menjadi pemimpin aliran Hashshashin (Nizar Ismaili). Ketiganya kerap disebut 'Tiga Sahabat'.Ketika Nizam-ul-Mulk menjadi penguasa, Hassan-i-Sabah dan Khayyam datang kepadanya. Jika Hassan-i-Sabah meminta jabatan di pemerintahan. Kepada sahabatnya itu, Khayyam hanya meminta disediakan tempat untuk hidup, mempelajari ilmu dan beribadah. Konon, Khayyam mendapat dana pensiun yang per tahunnya mencapai 1.200 mithkals emas.
Namun, keabsahan legenda itu diragukan sejumlah ilmuwan seperti Foroughi dan Aghaeipour. Menurut mereka, tak mungkin Khayyam dan Nizam-ul-Mulk bisa menjadi teman sekolah, karena usia mereka berbeda 30 tahun. Terlebih, ketiga orang itu hidup ditiga tempat yang berbeda. Kemungkinan, kisah persahabatan ketiga orang itu muncul, karena ketiganya sama-sama tokoh terkenal. Khayyam terkenal lantaran keluhuran ilmu dan puisi-puisinya, sementara Hassan-i-Sabah termasyhur sebagai tentara pemberontak dan Nizam-ul-Mulk kesohor dengan kekuasaan dan aturan serta hukum yang dikendalikannya. Maka tak heran, jika pada saat itu muncul legenda tentang persahabatan tiga figur terkemuka itu.
Khayyam menimba ilmu pada seorang guru terkemuka di wilayah Khurasan bernama Imam Mowaffaq. Saat itu, Khurasan menjadi ibu kota kerajaan Seljuk. Tak heran, bila ketika itu Khurasan bersaing dengan Kairo dan Baghdad untuk menjadi pusat peradaban Islam dan dunia. Kekuasaan Seljuk Turki meliputi wilayah Mesopotamia, Suriah, Palestina, dan sebagian besar Iran. Dalam situasi politik yang tak menentu, ketika itu, tak mudah bagi Khayyam untuk menuntut ilmu. Pada era itu, setiap dinasti berlomba untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Khayyam sempat belajar filsafat di Nishapur. Seorang temannya menuliskan sosok Umar Khayyam sebagai seorang pelajar yang dikarunia kecerdasan yang tajam dan kekuatan alam yang sangat tinggi. Menurut sebuah legenda yang cukup termasyhur, sewaktu menuntut ilmu kepada Imam Mowaffaq, Khayyam sangat dekat dengan Nizam-ul-Mulk (lahir: 1018 M) yang menjadi pejabat di Kerajaan Seljuk dan Hassan-i-Sabah (lahir:1034 M) yang menjadi pemimpin aliran Hashshashin (Nizar Ismaili). Ketiganya kerap disebut 'Tiga Sahabat'.Ketika Nizam-ul-Mulk menjadi penguasa, Hassan-i-Sabah dan Khayyam datang kepadanya. Jika Hassan-i-Sabah meminta jabatan di pemerintahan. Kepada sahabatnya itu, Khayyam hanya meminta disediakan tempat untuk hidup, mempelajari ilmu dan beribadah. Konon, Khayyam mendapat dana pensiun yang per tahunnya mencapai 1.200 mithkals emas.
Namun, keabsahan legenda itu diragukan sejumlah ilmuwan seperti Foroughi dan Aghaeipour. Menurut mereka, tak mungkin Khayyam dan Nizam-ul-Mulk bisa menjadi teman sekolah, karena usia mereka berbeda 30 tahun. Terlebih, ketiga orang itu hidup ditiga tempat yang berbeda. Kemungkinan, kisah persahabatan ketiga orang itu muncul, karena ketiganya sama-sama tokoh terkenal. Khayyam terkenal lantaran keluhuran ilmu dan puisi-puisinya, sementara Hassan-i-Sabah termasyhur sebagai tentara pemberontak dan Nizam-ul-Mulk kesohor dengan kekuasaan dan aturan serta hukum yang dikendalikannya. Maka tak heran, jika pada saat itu muncul legenda tentang persahabatan tiga figur terkemuka itu.
KARYA UMAR
KHAYYAM
Tidak
diragukan lagi bahwa Umar Khayyam adalah seorang filsuf besar, ahli matematika
dan ahli astronomi. Dia menulis dalam bahasa Arab lebih dari sepuluh buku
mengenai filsafat,
astronomi, dan matematika. Salah satu bukunya yang terkenal, al-Jibr merupakan
sumbangan terbesaar bagi ilmu pengetahuan. Dalam buku ini beliau menunjukkan keilmuwan
dan keasliannya. Penulis aljabar terkenal,
al-Khuarizmi, tidak menunjukkan kualitas seperti yang ditunjukkan Umar Khayyam
dalam memecahkan masalah dalam aljabar dan geometri. Tahun 1857, Woepeke
mengedit dan menerjemahkan buku Umar Khayyam, al-Jibr. Bukunya membahas
geometri, yang merupakan perbaikan buku Euclid dengan subjek yang sama ini
menunjukkan keilmuwan dan keasliannya (sebagai orang yang mumpuni dalam fan
bidang ilmu tersebut).
Umar Khayyam adalah orang pertama
yang mengklasifikasikan persamaan tingkat satu (persamaan linier) dan
memikirkan pemecahan masalah persamaan pangkat tiga secara ilmiah. Selain itu,
Umar Khayyam juga telah memperkenalkan sebuah persamaan parsial untuk ilmu
aljabar dan geometri. Ia membuktikan bahwa suatu masalah geometri tertentu
dapat diselesaikan dengan sejumlah fungsi aljabar. Pada abad XVX dan XVII,
persamaan semacam ini justru lebih banyak digunakan oleh para ahli matematika
Eropa. Hal ini merupakan bukti bahwa Umar Khayyam dan pengikutnya, Nashiruddin
al-Thusi, telah berhasil mendahului para ahli matematika Barat. Karya Khayyam
lainnya adalah Jawami al-Hisab. Karya ini memuat referensi paling awal
tentang Segitiga Pascal dan menguji balik postulat V yang menyangkut teori
garis sejajar, suatu hal mengenai geometri Euclides yang sangat mendasar.
Benar adanya
ahli ilmu aljabar yang dipengaruhi oleh al-Khawarizmi adalah Umar al-Khayyam
yang mengembangkan ilmu aljabar lebih lanjut sehingga ilmu ini dapat nama
Al-Khayyam. Kalau al-Khawarizmi lebih banyak menumpahkan perhatiannya pada
quadratic (lipat empat), maka Umar Al-Khayyam mengutamakan persamaan kubik dan persamaan derajat misalnya:
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Cara demikian
ini dinamakan analisa ilmu ukur.
Ia dapat memecahkan persoalaan persamaan-persamaan pangkat tiga dan empat melalui teori kerucut-kerucut yang saling memotong (Intersecting conics), suatu keberhasilan tertinggi bangsa Arab dalam bidang aljabar serta keberhasilan tertinggi yang pernah dicapai oeh para ahli matematika modern dalam penyelesaian persamaan-persamaan pangkat lima dan seterusnya dari metode universal apapun. Akan tetapi selain itu Umar Khayyam lebih dikenal karena quatrain (sajak empat baris/empat berpasangan dua-dua ) yang indah, Ruba’iya. Dia adalah penyair yang hebat. Sajak-sajaknya yang indah telah menyentuh hati penyair-penyair Timur dan Barat. Penulis dan penyair pada zamannya tidak bisa memberinya pengakuan yang layak, tetapi enam abad kemudian seorang penyair ulung dari Barat, Fitzgerald, dengan berani menyanyikan lagu Umar Khayyam, dan dia menerjemahkan banyak bait-baitnya. Sulit untuk menentukan jumlah puisi dan sajak yang ditulis Umar Khayyam, tetapi jumlah Ruba’iyat atau quatrain-nya lebih dari 1200. Banyak yang mengaku sebagai pencipta komposisi ini, tetapi tidak seorang pun yakin siapa yang sebenarnya yang menulis. Akan tetapi, mereka mengakuinya sebagai Ruba’iyat-i Umar Khayyam.
Sebagai seorang muslim, Umar Khayyam termasuk kelompok moderat. Ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan kebanyakan muslim pada waktu itu. Dengan kemampuannya bersastra, Khayyam juga menulis sejumlah puisi yang menggambarkan kisah hidupnya. Puisi tersebut termuat dalam karyanya yang berjudul Rubaiyat. Kini, karya tersebut masih tersimpan di negeri kelahirannya. Sementara itu, karya sastra Khayyam yang lain telah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, antara lain oleh Fitz Gerald pada tahun 1839.
Ia dapat memecahkan persoalaan persamaan-persamaan pangkat tiga dan empat melalui teori kerucut-kerucut yang saling memotong (Intersecting conics), suatu keberhasilan tertinggi bangsa Arab dalam bidang aljabar serta keberhasilan tertinggi yang pernah dicapai oeh para ahli matematika modern dalam penyelesaian persamaan-persamaan pangkat lima dan seterusnya dari metode universal apapun. Akan tetapi selain itu Umar Khayyam lebih dikenal karena quatrain (sajak empat baris/empat berpasangan dua-dua ) yang indah, Ruba’iya. Dia adalah penyair yang hebat. Sajak-sajaknya yang indah telah menyentuh hati penyair-penyair Timur dan Barat. Penulis dan penyair pada zamannya tidak bisa memberinya pengakuan yang layak, tetapi enam abad kemudian seorang penyair ulung dari Barat, Fitzgerald, dengan berani menyanyikan lagu Umar Khayyam, dan dia menerjemahkan banyak bait-baitnya. Sulit untuk menentukan jumlah puisi dan sajak yang ditulis Umar Khayyam, tetapi jumlah Ruba’iyat atau quatrain-nya lebih dari 1200. Banyak yang mengaku sebagai pencipta komposisi ini, tetapi tidak seorang pun yakin siapa yang sebenarnya yang menulis. Akan tetapi, mereka mengakuinya sebagai Ruba’iyat-i Umar Khayyam.
Sebagai seorang muslim, Umar Khayyam termasuk kelompok moderat. Ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan kebanyakan muslim pada waktu itu. Dengan kemampuannya bersastra, Khayyam juga menulis sejumlah puisi yang menggambarkan kisah hidupnya. Puisi tersebut termuat dalam karyanya yang berjudul Rubaiyat. Kini, karya tersebut masih tersimpan di negeri kelahirannya. Sementara itu, karya sastra Khayyam yang lain telah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, antara lain oleh Fitz Gerald pada tahun 1839.
Umar
Khayyam tidak diragukan lagi adalah penyair mistis, penulis monoteistik, dan
penyair yang rasional dan argumentatif. Dia ditentang oleh ulama ortodok dan
dimusuhi oleh semua aturan agama yang terlembaga. Baginya institusi agama tidak
berarti apa-apa. Sufisme tidak penting dan cinta agama yang berlebihan adalah
sesuatu yang dibencinya. Dia penganut agama yang natural dan memakai
pendekatan kemanusiaan dan alamiah. Sajak Ruba’iya-nya adalah untuk mereka yang berhati bersih dan
sederhana. Dia adalah seorang pemaaf atas segala kesalahan dan simpatinya
benar-benar dari lubuk hati yang paling dalam. Akan tetapi, dibalik
semua itu beliau adalah seorang yang optimis dan bukan seorang
yang pesimis. Bagi beliau
keindahan, kebenaran hidup, dan kemakmuran memiliki daya tarik khusus. Beliau memiliki sisi
kemanusiaan. Beliau
percaya adanya perpindahan ruh yang berlawanan dengan keyakinan fundamental
Islam. Oleh karena itulah, kaum Muslim ortodok tidak pernah menerimanya sebagai
penyair Islam.
Karya-karya Umar Khayyam yang lain:
- Risalah tentang keberadaan, suatu risalah tentang
metafisika, dan ada di perpustakaan Berlin, Jerman.
- Dar Ibn Qulliyat, suatu risalah kecil dalam
bahasa Persia tentang metafisika tersimpan di perpustakaan Paris,
Perancis.
- Nauroz Nama, suatu risalah tentang metafisika
yang baru-baru ini diungkapkan oleh F. Rosen.
- Masadrat, penelitian tentang
aksioma-aksioma Euclid, masih tersimpan di India Office, London, dan juga
Paris.
- Mushkilat Al Hisab, yang menguraikan persoalan
aritmetika yang rumit, kitab ini tersimpan di Munich, Jerman.
- Rubaiyat (kuatrin), sajak-sajak 4 baris. Bagian
terbaik dari sajaknya di gubah pada masa mudanya, dalam langkap ketenangan dan keindahan Nisyapur. Dibawah naungan
pepohonan yang berbau harum, yang menaburkan bunga-bunga yang cantik
dikakinya, ia sering duduk bersimpuh meminum Sharbat (bandrek) dingin dan
mengisap Hookkah yang semerbak. Dia mengamati gadis-gadis bermata hitam
berjalan hilir mudik, dalam keadaan itu ia lupa segala kegelisahan
kehidupan duniawi.
KONTRIBUSI
Pada masa hidupnya, Khayyam dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronom. Salah satu kontribusinya yang lain dalam bidang matematika, dia menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Seperti pada gambar:
Pada masa hidupnya, Khayyam dikenal sebagai seorang ahli matematika dan astronom. Salah satu kontribusinya yang lain dalam bidang matematika, dia menemukan metode memecahkan persamaan kubik dengan memotong sebuah parabola dengan sebuah lingkaran. Seperti pada gambar:
Pada
1077 M, Khayyam menulis kitab Sharh ma ashkala
min musadarat kitab Uqlidis (Penjelasan Kesulitan dari Postulat-postulat
Euclid). Umar
Khayyam juga berkontribusi dalam geometri, khususnya pada teori perbandingan. Sebagai seorang astronom, Khayyam sempat diundang
penguasa Isfahan, Malik Syah
pada
tahun 1073 M. Ia diminta untuk
membangun dan bekerja pada sebuah observatorium,
bersama-sama dengan sejumlah ilmuwan terkemuka lainnya. Akhirnya, Khayyam
dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur
panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Ia terkenal di dunia Persia
dan Islam karena observasi astronominya. Khayyam pernah membuat
sebuah peta bintang (yang kini
lenyap) di angkasa.
PENDIDIKAN PADA MASA SEKARANG
Pendidikan zaman sekarang dalam Dunia Pendidikan ini diwarnai dengan pengaruh globalisasi.
Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran. Kemudian muncul
sebuah ide Home Schooling, yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi
formal, tapi tetap bisa dilakukan di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling
adalah pola pendidikan yang dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap
fenomena negatif yang umum terdapat pada institusi formal: adanya bullying,
serta metode yang didaktis dan seragam. Namun bukan berarti institusi
pendidikan formal tidak menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa
prestasi bukanlah angka-angka yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor.
Melainkan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan
kompetensi.
Kompetensi yang harus juga dimiliki oleh peserta didik adalah
penguasaan teknologi. Saat ini pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan seperti dalam kegiatan
belajar mengajar sampai administrasi pendidikan, menjadi sebuah momok dalam
dunia pendidikan di Indonesia, bagaimana tidak?. Indonesia beramai-ramai saat
ini mengadaptasi pendidikan dari luar negeri yang sistem pendidikannya dinggap
bagus seperti Singapura, Jepang, Amerika sampai dengan Australia sebagai upaya
proses modernisasi. Mulai kurikulumnya, kegiatan belajar mengajarnya,
Manajerialnya sampai dengan metode pengevaluasian peserta didik, namun
pengadaptasian itu tidak diimbangi dengan pemanfaatan teknologi berbasis budaya
lokal sehingga ketimpangan dan ketidakberdayaan Indonesia dalam menyeimbangkan
proses adapatasinya menjadikan tujuan pendidikan menjadi bias dan terkendala
mulai dari jarak, ruang dan waktu dalam pemanfaatan teknologi ini. Selain itu
masalah peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dianggap lepas
dari pengawasan dan kontrol pemerintah, kompetensi pendidik tidak merata
keseluruh pelosok negeri ini, penggelontoran dana bermilyar-milyar habis tanpa
ada output yang diharapkan. Atas dasar pemikiran diatas maka proses
“westernisasi” ke arah modernisasi terhadap seluruh lapisan dunia pendidikan
nasional menjadikan sebuah tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan negara
ini, mau tidak mau pemerintah harus cepat meresponnya.
Ketidakmerataan informasi dan akses pendidikan
di seluruh Indonesia juga akan menggangu proses modernisasi pendidikan di masa
yang akan datang. Banyak sekali para pendidik dengan alasan kemanusiaan membantu para anak
didik mereka di ujian nasional. Padahal mereka tahu dan mengerti betul tentang hal tersebut tidak bisa dilakukan. Mereka menganggap anak didik mereka tidak diperlakukan secara adil karena mereka
mengenyam di bangku sekolah dengan fasilitas yang sangat minim dan kurangnya
informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar